ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab analisis dan pembahasan ini penulis akan menjabarkan analisis dan pembahasan
yang meliputi (1) pengertian
formalin, (2) pengertian
boraks (3) Dampak negatif terhadap kesehatan siswa yang diakibatkan penggunaan
formalin pada jajanan siswa, (4) dampak
negatif terhadap kesehatan siswa yang diakibatkan penggunaan boraks pada
jajanan siswa, (5) faktor
penyebab penggunaan formalin pada jajanan siswa, (6) faktor penyebab penggunaan boraks
pada jajanan siswa, (7) pengujian
sederhana pada beberapa sampel jajanan di SMP Negeri 20 Malang beserta
pembahasanya,
(8) solusi
yang dilakukan untuk mencegah penggunaan formalin pada jajanan siswa, (9) solusi yang dilakukan untuk mencegah
penggunaan borak pada jajanan siswa, (10) pembahasan hasil angket tentang
“Kandungan Formalin dan Boraks pada Jajanan Siswa serta Pengaruhnya bagi
Kesehatan Siswa SMP Negeri 20 Malang”
2.1 Pengertian Formalin
2.1.1 Karateristik Formalin
Formalin
adalah larutan yang tidak berwarna dan berbau sangat menusuk. Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal, atau formalin), merupakan aldehida dengan rumus kimia H2CO,
yang berbentuknya gas, atau cair yang dikenal sebagai formalin, atau padatan
yang dikenal sebagai paraformaldehyde
atau trioxane. Formaldehid
berupa gas dan larutan formalin mengandung 10-40%
Formaldehida merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi
substitusi aromatik elektrofilik dan senyawa aromatik serta bisa mengalami
reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan katalis basa,
formaldehida bisa mengalami reaksi Cannizzaro, menghasilkan asam format dan
metanol. Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau
polimer linier polioksimetilena. Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas
formaldehida berbeda dari sifat gas ideal, terutama pada tekanan tinggi atau
udara dingin. Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam
format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya
tidak kemasukan udara.
2.1.2 Proses Pembuatan Formalin
Secara industri, formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik
metanol. Katalis yang paling sering dipakai adalah logam perak atau campuran
oksida besi dan molibdenum serta vanadium. Dalam sistem oksida besi yang lebih
sering dipakai (proses Formox), reaksi metanol dan oksigen terjadi pada
250 °C dan menghasilkan formaldehida, berdasarkan persamaan kimia
2
CH3OH + O2 → 2 H2CO + 2 H2O.
Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam
temperatur yang lebih tinggi, kira-kira 650 °C. dalam keadaan ini, akan
ada dua reaksi kimia sekaligus yang menghasilkan formaldehida, satu seperti
yang di atas, sedangkan satu lagi adalah reaksi dehidrogenasi
CH3OH → H2CO + H2.
Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan
asam format yang sering ada dalam larutan formaldehida dalam kadar ppm. Di
dalam skala yang lebih kecil, formalin bisa juga dihasilkan dari konversi
etanol.
Formalin biasanya
diperdagangkan di pasaran dengan nama berbeda-beda antara lain yaitu: Formol, Morbicid, Methanal, Formic aldehyde,
Methyl oxide, Oxymethylene, Methylene aldehyde, Oxomethane, Formoform,
Formalith, Karsan, Methyleneglycol, Paraforin, Polyoxymethylene glycols,
Superlysoform, Tetraoxymethylene, dan Trioxane.
2.1.3 Kegunaan Formalin
Formalin digunakan
dalam berbagai bidang, antara lain:
(1)
Bidang kesehatan, antara lain digunakan sebagai : desinfektan
dan pengawet mayat,
antiseptik, dan fiksasi jaringan
(2)
Industri perkayuan dan plywood, antara lain digunakan sebagai perekat
(3)
Industri plastik, antara lain digunakan sebagai bahan campuran
produksi
(4)
Industri tekstil, resin, karet dan
fotografi antara
lain digunakan sebagai mempercepat pewarnaan
(5)
Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea
(6)
Bahan pembuatan produk parfum
(7)
Pengawet produk kosmetika
(8)
Pengeras kuku dan bahan untuk insulasi
busa
(9)
Pencegah korosi untuk sumur minyak
2.1.4 Sejarah Formalin
Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr
Butlerov tahun 1859, yang kemudian diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Pada
umumnya, formaldehida terbentuk akibat reaksi oksidasi katalitik pada metanol.
Oleh sebab itu, formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang
mengandung karbon dan terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot
mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari
aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada
di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai
metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia.
2.1.5 Dampak Formalin pada Tubuh Manusia
Batas paparan formaldehid 2 ppm,
dan dosis fatal formalin 60-90 ml. Paraformaldehid/trioksimetilen merupakan
bentuk polimer formaldehid yang akan terurai menjadi formaldehid jika terkena
panas dan digunakan sebagai fumigan. Paraformaldehid ,kadang-kadang juga
mengandung formaldehid bebas meskipun formaldehid merupakan metabolit normal
dalam tubuh manusia, kadar yang tinggi akan bereaksi secara kimia dengan hampir
semua zat dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan mengakibatkan kematian
sel. Minimal, sebagian efek toksik disebabkan oleh perubahan formaldehid
menjadi asam formiat. Akibat keracunan formaldehid, terutama kolaps dan anuria.
2.1.6 Peraturan Mengenai Formalin
Formalin tidak diizinkan ditambahkan ke
dalam bahan makanan atau digunakan sebagai pengawet makanan, tetapi formalin
mudah diperoleh dipasar bebas dengan harga murah. Adapun landasan hukum
yang dapat digunakan dalam pengaturan formalin yaitu:
(1)
UU
nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
(2)
UU
nomor 7 tahun 1996 tentang pangan.
(3)
UU
nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.
(4)
Kepmenkes
nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang bahan tambahan makanan.
(5)
SK
Memperindag nomor 254 tahun 2000 tentang tataniaga impor dan peredaran bahan
berbahaya.
Formalin tidak termasuk dalam daftar bahan tambahan makanan pada Codex Alimentarius, maupun yang dikeluarkan oleh Depkes.
Humas Pengurus Besar Perhimpunan Dokter spesialis Penyakit Dalam Indonesia, menyatakan formalin mengandung 37%
formaldehida
dalam pelarut air dan biasanya juga mengandung 10 persen methanol.
2.2 Pengertian Boraks
2.2.1 Karateristik Boraks
Natrium Tetraborat (Na2B4O7.10H2O)
adalah campuran garam mineral dengan konsentrasi yang cukup tinggi, yang
merupakan bentuk tidak murni dari boraks. Boraks berasal dari bahasa Arab yaitu
Bouraq. Merupakan kristal lunak
yang mengandung unsur boron, berwarna dan mudah larut dalam air. Boraks
berbentuk serbuk kristal putih, tidak berbau, tidak larut dalam alkohol, PH
9,5. stabil pada suhu dan tekanan normal. Boraks tidak memiliki bau jika dihirup
menggunakan indera pencium serta tidak larut dalam alkohol.
2.2.2 Sejarah Boraks
Asam borat pertama kali disusun
oleh Wilhelm Homberg (1652-1715) dari boraks, oleh aksi asam mineral, dan
diberi nama “sal sedativum Hombergi”
("garam penenang dari Homberg"). Namun borat, termasuk asam borat,
telah digunakan sejak Yunani Kuno untuk membersihkan, menjaga makanan, dan
kegiatan lainnya
2.2.3 Proses Pembuatan Boraks
Asam borat, atau Sassolite,
ditemukan dalam keadaan bebas di beberapa distrik vulkanik, misalnya, di
wilayah Tuscany Italia, Kepulauan Lipari dan negara bagian Amerika Serikat
Nevada. Dalam pengaturan vulkanik terjadi masalah, tercampur dengan uap, dari
celah di dalam tanah. Hal ini juga ditemukan sebagai konstituen dari banyak
mineral alami, seperti boraks, borasit, boronatrokaisit dan kolemanit. Asam
borat dan garamnya ditemukan dalam air laut. Senyawa ini juga ditemukan pada
tumbuhan, termasuk hampir semua buah-buahan.
Borat-borat diturunkan dari ketiga asam borat yaitu asam ortoborat (H3BO3),
asam piroborat (H2B4O7),
dan asam metaborat (HBO2).
Asam ortoborat adalah zat padat kristalin putih, yang sedikit larut dalam air
dingin, tetapi lebih larut dalam air panas. Garam-garam dari asam ini sangat
sedikit yang diketahui dengan pasti. Asam ortoborat yang dipanaskan pada 1000C,
akan diubah menjadi asam metaborat. Pada 1400C dihasilkan asam
piroborat. Kebanyakan garam ini diturunkan dari asam meta dan piro. Disebabkan
oleh lemahnya asam borat, garam-garam yang larut terhidrolisis dalam larutan,
dan karenanya bereaksi basa
Kelarutan Borat dari logam-logam alkali mudah larut
dalam air. Borat dari logam-logam lainnya umumnya sangat sedikit larut dalam
air, tetapi cukup larut dalam asam-asam dan dalam larutan ammonium klorida.Dalam
air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat (Syah, 2005).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
RI No.722/Menkes/IX/1988, asam borat dan
senyawanya merupakan salah satu dari jenis bahan tambahan makanan yang dilarang
digunakan dalam produk makanan. Karena asam borat dan senyawanya merupakan
senyawa kimia yang mempunyai sifat karsinogen.
Meskipun boraks berbahaya bagi kesehatan ternyata masih banyak digunakan
oleh masyarakat sebagai bahan tambahan makanan, karena selain berfungsi sebagai
pengawet, boraks juga dapat memperbaiki tekstur bakso dan kerupuk hingga lebih
kenyal dan lebih disukai konsumen (Mujianto, 2003).Asam borat (H3BO3) merupakan
senyawa borat yang dikenal juga dengan nama borax. Di Jawa Barat dikenal juga
dengan nama “bleng”, di JawaTengah dan Jawa Timur dikenal dengan nama “pijer”. Digunakan/ditambahkan ke dalam
pangan/bahan pangan sebagai pengental ataupun sebagai pengawet (Cahyadi, 2008).
Boraks merupakan senyawa yang bisa
memperbaiki tekstur makanan sehingga dapat menghasilkan rupa yang bagus. Boraks
biasanya digunakan dalam makanan misalnya, pada bakso, kerupuk, mie basah, dan
sebagainya. Kemungkinan besar daya pengawet boraks disebabkan oleh senyawa
aktif asam borat.
2.2.4 Bleng
Bleng adalah campuran garam mineral konsentrasi tinggi yang dipakai dalam
pembuatan beberapa makanan tradisional, seperti karak dan gendar.Bleng memiliki
sinonim, antara lain: natrium biborat, natrium piroborat, dan natrium
tetraborat. Bleng merupakan bentuk tidak murni dari boraks, Sedangkan boraks merupakan asam borat murni
buatan industri farmasi. Dalam dunia industri, boraks menjadi bahan solder,
bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik
kayu, dan pengontrol kecoak.
Dalam bentuk
tidak murni, sebenarnya boraks sudah diproduksi sejak tahun 1700 di Indonesia,
dalam bentuk air bleng. Bleng
biasanya dihasilkan dari ladang garam atau kawah lumpur seperti di Bledug Kuwu, Jawa Tengah.
2.2.5 Kegunaan Boraks
Berbagai macam
industri menggunakan asam borat yang dianggap memiliki toksisitas yang relatif
rendah. Bermacam produk yang mengandung asam borat juga dapat ditemukan di
pasaran mulai dari insektisida, kosmetik, salep, bedak, larutan kompres,
obat oles mulut dan obat pencuci mata. Selain itu boraks juga digunakan sebagai
bahan solder, pembuatan gelas,bahan pembersih/pelicin porselin, pengawet kayu
dan antiseptik kayu(Aminah dan Himawan, 2009)
Asam borat memiliki tingkat keasaam rendah dan dapat
digunakan untuk berbagai proses industri seperti mengolah kayu, membuat
berbagai material tahan api, membuat semen, dan menciptakan reaksi terkontrol
pada pembangkit listrik tenaga nuklir. Asam borat juga merupakan pengawet dan
penyerap kelembaban yang baik. Senyawa ini dikenal memiliki toksisitas rendah
sehingga aman digunakan sebagai pembasmi jamur, semut, dan kecoa.
Asam borat memiliki pula sejumlah manfaat pengobatan. Senyawa
ini bekerja sebagai antiseptik ringan dan efektif mengobati beberapa kondisi
kulit seperti jerawat dan ruam ringan. Asam borat umum digunakan untuk
mengatasi infeksi jamur dan dalam bentuk encer dimanfaatkan sebagai obat cuci
mata.
2.2.6 Dampak Boraks
Boraks maupun bleng tidak aman untuk
dikonsumsi sebagai komponen makanan dalam dosis berlebihan, tetapi ironisnya
penggunaan boraks dalam dosis berlebihan sebagai komponen dalam makanan sudah
meluas di seluruh dunia. Mengkonsumsi makanan berboraks dalam jumlah berlebihan
akan menyebabkan gangguan pada otak, hati,
dan ginjal.
Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria, koma. Boraks dapat
juga merangsang sistem saraf pusat sehingga menimbulkan depresi, apatis,
sianosis, hipotensi, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian. Batas aman
penggunaan boraks dalam makanan adalah 1 gram/1 kg pangan
Bleng atau boraks juga digunakan dalam pembuatan makanan,
antara lain:
2.3 Dampak Negatif yang Diakibatkan Penggunaan Formalin pada Jajanan Siswa
Karena resin formaldehida dipakai dalam bahan konstruksi
seperti kayu lapis/tripleks, karpet, dan busa semprot dan isolasi, serta karena
resin ini melepaskan formaldehida pelan-pelan, formaldehida merupakan salah
satu polutan dalam ruangan yang sering ditemukan. Apabila kadar di udara lebih
dari 0,1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan iritasi kepala dan
membran mukosa, yang menyebabkan keluarnya air mata, pusing, tenggorokan terasa
terbakar, serta kegerahan.
Keracunan formalin/paraformaldehid melalui melalui mulut
dapat mengakibatkan sakit perut yang segera timbul diikuti kolaps, hilang
kesadaran, dan anuria. Kemungkinan timbul rasa mual, muntah, dan kematian disebabkan
oleh gagal peredaran darah. Kain dan kertas yang mengandung formaldehid bebas
pada beberapa orang dapat menyebabkan timbulnya dermatitis karena reaksi
sensitivitas. Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya
terminum, bisa menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida
dikonversi menjadi asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan napas
menjadi pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada
kematiannya.
Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA
oleh protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang
percobaan yang menghisap formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam
hidung dan tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh para pegawai
pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan apabila formaldehida
dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam bangunan, tidak
menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup yang terpapar zat
tersebut.
Formalin dapat sangat berbahaya apabila terhirup, mengenai kulit dan
tertelan. Dampak formalin pada kesehatan manusia, dapat bersifat akut dan kronik.
Dampak akut adalah efek pada kesehatan
manusia yang dapat secara
langsung terlihat,
seperti: iritasi,
alergi, kemerahan, mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut dan
pusing.
Dampak kronik adalah efek pada kesehatan manusia yang dapat terlihat
setelah terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang, seperti : iritasi
kemungkin parah, mata berair, gangguan pada pencernaan, hati, ginjal, pankreas,
system saraf pusat, menstruasi dan pada hewan percobaan dapat menyebabkan
kanker sedangkan pada manusia diduga bersifat karsinogen. Mengkonsumsi bahan
makanan yang mengandung formalin, efek sampingnya terlihat setelah jangka
panjang, karena terjadi akumulasi formalin dalam tubuh.
Apabila terhirup dalam jangka waktu lama maka akan
menimbulkan sakit kepala, ganggua pernafasan, batuk-batuk, radang selaput
lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru Efek
neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu,
kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang. Gangguan haid dan kemandulan
pada perempuan Kanker pada hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan
otak. Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata
memerah, rasanya sakit, gatal-gatal, penglihatan kabur, dan mengeluarkan air
mata. Bila merupakan bahan beronsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan
pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata. Apabila
tertelan maka mulut,tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual,
muntah, dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat,
sakit kepala, hipotensi, kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat
terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, system susunan saraf
pusat dan ginjal.
Formaldehid yang masuk melalui mulut diencerkan, diadsorpsi,
dan dibuat tidak aktif dengan diberi susu, karbon aktif, air. Tiap senyawa kimia organik, akan membuat formaldehid
menjadi tidak aktif.
Keracunan formaldehid melalui
inhalasi menyebabkan iritasi pada saluran nafas, selain itu juga merangsang
mata. Beberapa orang mungkin sensitif pada formaldehid pada kadar 1 ppm gejala
lain yang dapat timbul pada ppm rendah, antara lain edema laring, dan reaksi
sensitivitas pada kulit seperti urtikaria.
2.4 Dampak Negatif yang Diakibatkan Penggunaan Boraks pada Jajanan
Siswa
Bahan pengawet berarti setiap bahan yang dapat menghambat, memperlambat, menutupi atau menahan
proses fermentasi, pembusukan, pengasaman atau dekomposisi lainnya di dalam
atau pada setiap bahan pangan.Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering
pula digunakansebagai pengawet makanan.Selain sebagai pengawet, bahan ini
berfungsi pula mengenyalkan makanan.Boraks bersifat sangat beracun, sehingga
peraturan pangan tidak membolehkan boraks untuk digunakan dalam pangan. Boraks
merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanansehingga menghasilkan
rupa yang bagus,
Boraks merupakan racun bagi semua sel. Pengaruhnya terhadap
organtubuh tergantung konsentrasi yang dicapai dalam organ tubuh. Karena kadar
tertinggi tercapai pada waktu diekskresi maka ginjal merupakan organ yang
paling terpengaruh dibandingkan dengan organ yang lain. Dosis tertinggi
yaitu10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan 5 gr/kg berat badan anak-anak
akan menyebabkan keracunan bahkan kematian. Sedangkan dosis terendah yaitu
dibawah 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan kurang dari 5 gr/kg berat
badan anak-anak (Saparinto dan Hidayati, 2006).Efek negatif dari penggunaan
boraks dalam pemanfaatannya yang salah pada kehidupan dapat berdampak sangat
buruk pada kesehatan manusia.Boraks memiliki efek racun yang sangat berbahaya
pada sistem metabolismemanusia sebagai halnya zat-zat tambahan makanan lain
yang merusak kesehatan manusia.Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara
langsung berakibat buruk, namun sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi
sedikit dalamorgan hati, otak dan testis.Boraks tidak hanya diserap melalui
pencernaannamun juga dapat diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam
tubuh dalam jumlah kecil akan dikelurkan melalui air kemih dan tinja, serta
sangat sedikit melalui keringat. Boraks bukan hanya menganggu enzim-enzim metabolisme
tetapi juga menganggu alat reproduksi pria (Artika, 2009). Sering mengkonsumsi makanan berboraks
akan menyebabkan gangguanotak, hati, lemak dan ginjal.
Dalam jumlah banyak, boraks
menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem
saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun,
kerusakan ginjal, pingsan bahkan kematian (Widyaningsih dan Murtini, 2006). Keracunan kronis dapat disebabkan oleh
absorpsi dalam waktu lama. Akibat yang timbul diantaranya anoreksia, berat
badan turun, muntah,diare, ruam kulit, alposia, anemia dan konvulsi. Penggunaan
boraks apabila dikonsumsi secara terus-menerus dapat mengganggu gerak
pencernaan usus ,kelainan pada susunan saraf, depresi dan kekacauan mental. Dalam jumlah serta dosis tertentu,
boraks bisa mengakibatkan degradasi mental, serta rusaknya saluran pencernaan,
ginjal, hati dankulit karena boraks cepat diabsorbsi oleh saluran pernapasan
dan pencernaan, kulit yang luka atau membran mukosa. Gejala awal keracunan
boraks bisa berlangsung beberapa jam hinggaseminggu setelah mengonsumsi atau
kontak dalam dosis toksis. Gejala klinis keracunan boraks biasanya ditandai
dengan hal-hal berikut (Saparinto dan Hidayati, 2006):
(1)
Sakit perut sebelah atas, muntah dan mencret
(2)
Sakit kepala, gelisah
(3)
Penyakit kulit berat
(4)
Muka pucat dan kadang-kadang kulit kebiruan
(5)
Sesak nafas dan kegagalan sirkulasi darah
(6)
Hilangnya cairan dalam tubuh
(7)
Degenerasi lemak hati dan ginjal
(8)
Otot-otot muka dan anggota badan bergetar diikuti
dengan kejang-kejang
(9)
Kadang-kadang tidak kencing dan sakit kuning
(10)
Tidak memiliki nafsu makan, diare ringan dan sakit
kepala
2.5 Faktor Penyebab Penggunaan Formalin pada Jajanan Siswa
Pada
pembahasan ini penulis akan menguraikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan penjual
jajanan menggunakan formalin. Menurut penulis beberapa faktor yang berpengaruh
adalah sebagai berikut.
(1) Harga
bahan baku
Harga dari bahan baku makanan tentu
sangat berpengaruh terhadap harga jual makanan tersebut. Harga dari Formaldehid tidak mencapai kisaran Rp
1.000,00 per-liter bila kita bandingkan
dengan harga Natrium Benzoat yang mencapai
kisaran Rp 18.000,00 per-kilogram. Dengan perhitungan ini maka akan
terjadi perbedaan harga bahan baku yang cukup signifikan sekitar Rp 17.000,00.
Hal ini tentu mengakibatkan penjual lebih memilih untuk menggunakan
Formaldehid.
(2) Mengawetkan
makanan
Formaldehida bisanya digunakan
dalam industri kimia, industri kayu, serta dalam bidang kedokteran.
formaldehida sering dijumpai dalam makanan yang mudah busuk. Seperti ikan asin,
mie basah, tahu, dan sebagainya.
Makanan yang diberi bahan pengawet
alami akan bertahan selama kurang lebih 2 hari dalam suhu kamar. Namun dengan
penggunaan formalidehida. Makanan akan bertahan selama kurang lebih 5 hari
dalam suhu kamar. Hal ini tentu mengakibatkan pedagang lebih memilih untuk menggunakan formaldehida dibandingkan dengan
menggunakan bahan pengawet alami
(3) Faktor
ketidak tahuan
Kami menduga faktor ketidak tahuan
dapat menjadi faktor yang menyebabkan penjual menggunakan formalin. Hal ini
dapat disimpulkan karena formalin dapat didapat secara bebeas dengan harga yang
sangat terjangkau serta tanpa cara penggunaan. Penggunaan formalin dalam kadar
berapapun dilarang digunakan dalam jajanan. Namun dalam aplikasinya beberapa
penjual curang menggunakan dalam kadar secukupnya.
2.6 Faktor Penyebab Penggunaan Boraks pada Jajanan Siswa
Pada
pembahasan ini penulis akan menguraikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan
penjual jajanan menggunakan boraks. Menurut penulis beberapa faktor yang
berpengaruh adalah sebagai berikut:
(1) Harga
bahan tambahan
Pada beberapa makanan seperti bakso
dan cincau. Bila terasa keras maka akan memberikan rasa yang kurang pas. Tentu
bila bakso dan cincau tersebut terasa kenyal akan terasa lebih sedap. Hal ini menimbulkan
pedagang menggunakan bahan tambahan makanan sebagai pengguggah rasa. Harga dari
sebungkus boraks dapat ditemui dengan kisaran harga Rp 1.000 Perbungkus. Bila dibandingkan dengan pengenyal
bakso yang penulis dapati dengan kisaran harga lebih dari Rp 100.000 per kg. Tentu menggunakan
boraks lebih menguntungkan bila sebagai pedagang kecil. Dan berdasar sumber
dari sebuah koran elektronik bahwa boraks dapat dengan mudah dibeli secara
bebas. Tentu penggunaaan nya pun semakin meningkat
(2) Memperbaiki
tekstur
Boraks
biasanya digunakan dalam industri kimia, industri kayu, serta dalam bidang
kedokteran. Boraks dapat digunakan sebagai pengenyal/sebagai pengeras. Hal ini
ditimbulkan karena sifat dasar dari boraks itu sendiri. Sebagian besar siswa
menyukai makanan yang memiliki kekenyalan lebih dari biasanya. Hal ini akan
memicu penjual untuk berlomba membuat tekstur yang bersifat unik. Ditambah
dengan persaingan dengan sesama pedagang.
(3) Faktor
ketidak tahuan
Menurut penulis hal ini juga dapat
terjadi pada boraks.Boraks dapat digunakan untuk memperbaiki tekstur dari
makanan. Boraks juga dapat didapat secara bebas dengan harga yang sangat murah.
Bila kita tarik sudut pandang penjual, kebanyakan penjual secara umum kurang
mengetahui dampak dari penyalahgunaan boraks. Penggunaan boraks dalam makanan
pun dalam kadar secukupnya. Seedangkan bila kita tarik sudut pandang pembeli,
kami menyimpulkan bahwa siswa SMP Negeri 20 Malang sedikit yang dapat mengenali
jajanan yang terindikasi mengandung boraks. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena penggunaan
boraks dalam makanan semakin sering ditemukan.
2.7 Analisis Kualitatif terhadap Jajanan di SMP Negeri 20 Malang
Pada
pengujian sederhana ini penulis menggunakan alat dan bahan sebagai berikut:
Tabel 1. Alat yang digunakan untuk melakukan
analisi kualitatif terhadap jajanan
siswa SMP Negeri 20 Malang
No
|
Alat
|
Jumlah
|
Fungsi
|
1
|
Cawan
porselen
|
5
buah
|
Memanaskan Sampel yang akan diuji
|
2
|
Tabung
reaksi
|
8 buah
|
Tempat pereaksian Sampel yang akan diuji
|
3
|
Sumbat tabung reaksi
|
6 buah
|
Menyumbat tabung reaksi
|
4
|
Corong kaca
|
1
buah
|
Membantu memasukkan cairan pereaksi kedalam tabung
reaksi
|
5
|
Korek
api
|
secukupnya
|
Menyalakan pembakar spirtus
|
6
|
Spatula
|
1
buah
|
Mengambil padatan sampel
|
7
|
Lumpang
alu
|
1
buah
|
Menghaluskan sampel yang akan dianalisis
|
8
|
Tripod
|
1
buah
|
Tempat untuk membantu pemanasan sampel
|
9
|
Kasa
asbes
|
1
buah
|
Tempat untuk membantu pemanasan sampel
|
10
|
Pembakar spirtus
|
1 buah
|
Memanaskan sampel
|
Tabel 2. Bahan yang digunakan untuk melakukan
analisis kualitatif terhadap jajanan siswa SMP Negeri 20 Malang
No
|
Bahan
|
Jumlah
|
Fungsi
|
1
|
Reagent
FMR
|
Secukupnya
|
Menguji sampel
yang dicurigai mengandung formalin
|
2
|
Methanol
|
Secukupnya
|
Menguji sampel
yang dicurigai mengandung boraks
|
3
|
Asam
Sulfat Pekat
|
Secukupnya
|
Menguji sampel
yang dicurigai mengandung boraks
|
4
|
Boraks
|
Secukupnya
|
Sebagai
pembanding
|
5
|
Formalin
|
Secukupnya
|
Sebagai
pembanding
|
2.7.1 Metode Pengujian Boraks
1)
Tumbuk sample hingga halus dengan mortar,
kemudian timbang sample sebanyak ± 3 gram sample.
2)
Masukkan ke dalam cawan porselen, Tambahkan 5 ml asam sulfat pekat, dan 10 ml
methanol kemudian nyalakan.
2.7.2 Metode pengujian formalin
(1)
Sampel dilumatkan dengan cara digerus
dengan mortar, kemudian
ditambahkan aqua destilat hingga menjadi larutan.
(2)
Ambil
setengah sendok teh dan masukkan dalam botol uji yang telah disediakan.
(3)
Campur dengan
10 ml reagent test FMR. Tutup botol dan kocok dengan kuat selama 5 menit.
(4)
Tunggu selama 5 menit apabila warna dari larutan
berubah menjadi ungu maka makanan tersebut diidentifikasi positif mengandung
formalin.
Pengujian pada 4 sampel utama dan 2
sampel acak Sampel utama diambil dari kantin dan depan SMP Negeri 20 Malang.
Tabel 3. Hasil analisis kualitatif terhadap jajanan
siswa SMP Negeri 20 Malang
Sampel
|
Kandungan Formalin
|
Kandungan Boraks
|
Sampel utama 1
|
Positif, karena larutan sampel bewarna
ungu kehitaman
|
Negatif, Karena nyala api pada sampel
berwana dominan merah sedikit biru
|
Sampel utama 2
|
Positif, karena larutan sampel bewarna
ungu kehitaman
|
Positif, Karena nyala api pada sampel
bewarna dominan biru
|
Sampel utama 3
|
Positif, karena larutan sampel bewarna
ungu kehitaman
|
Positif, Karena nyala api pada sampel
bewarna dominan biru
|
Sampel utama 4
|
Negatif, karena larutan sampel bewarna
umgu muda serta terdapat endapan
|
Negatif, karena nyala api bewarna dominan
merah
|
Sampel acak 1
|
Positif, karena larutan sampel bewarna
ungu
|
Positif, karena nyala api pada sampel
bewarna dominan biru
|
Sampel acak 2
|
Positif, karena larutan sampel bewarna
ungu
|
Positif, karena nyala api pada sampel
bewarna dominan biru
|
Setelah melakukan pengujian ini
dapat penulis simpulkan bahwa jajanan di sekitar SMP Negeri 20 Malang belum
sepenuhnya bebas dari penyalahgunaan formlain/boraks. Untuk meminimalisir
kesalahan. Penulis juga melakukan pengujian kepada boraks dan formalin yang
tersimpan pada Lab
Biologi
SMP Negeri 20 Malang.Hasil
pengujian pada boraks menunjukkan
nyala
api biru dan pada formalin warna larutan
menunjukkan ungu kehitaman
2.8 Solusi yang Dilakukan untuk Mencegah Penggunaan Formalin pada Jajanan Siswa
2.8.1 Tindakan Preventif
Makanan yang mengandung
formalin umumnya awet dan dapat bertahan lebih lama. Formalin dapat dikenali
dari bau yang agak menyengat dan kadang-kadang menimbulkan pedih pada mata.
Bahan makanan yang mengandung formalin ketika sedang dimasak kadang-kadang
masih mengeluarkan bau khas dari formalin yang menusuk. Makanan yang diberi
formalina akan awet, keras dan tidak membusuk. Ikan,bakso, mie basah atau ayam
yang diberi formalin tidak akan dimakan oleh kucing sebab kucingmemiliki
penciuman yang tajam terhadap bau formalin. Walaupun manusia tidak bisa mencium
bau formalin pada bahan makanan namun kucing atau anjing memiliki penciuman
yang tajam sehingga hewan ini
tidak akan makan makanan yang mengandung formalin. Kesimpulannya jika ayam
atauikan yang kita berikan kepada kucing namun kucing tidak mau makan maka ayam
dan ikan tersebut sudah diberi formalin
Makanan yang
diberi formalin tidak akan didatangi
dan dikerubungi oleh lalat. Lalat memiliki penciuman yang tajam jika ada hewan
yang matimaka akan langsung datang menghampiri hewan yang mati tersebut. Jika
ayam dan ikan diberiformalin maka lalat tidak akan datang menghampirinya. Tips
ini dapat kita pakai saat hendak membeli bahan makanan di pasar.
Berikut adalah ciri-ciri bahan makanan yang sudah
terkontaminasi dengan formalin:
(1) Pada Ikan
a)
Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu 25
derajat Celsius.
b)
Warna
insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar
c)
Warna daging ikan putih bersih.
d)
Bau menyengat, yaitu bau formalin.
(2) Pada Tahu
a)
Tidak
rusak jika disimpan sampai tiga hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius)
b)
Bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari
es
c)
Tahu terlampau keras teksturnya, namun tidak
padat
d)
Bau
agak menyengat, bau formalin
(3) Pada Bakso
a)
Tidak
rusak sampai lima hari jika disimpan pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius)
b)
Teksturnya
sangat kenyal
c)
Aromanya/baunya menyengat terutama kalau sudah
atau sedang dimasak
(4) Mie
a)
Tidak
rusak sampai dua hari pada suhu kamar dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu
lemari es (10 derajat Celsius)
b)
Bau
agak menyengat, bau formalin
c)
Tidak
lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal
2.8.2 Tindakan Represif
Hal represif yang
dapat dilakukan adalah melakukan deformalinisasi / mengurangi kadar formalin
dalam makanan. Tindakan ini dapat diambil bila makanan yang terbeli positif
mengandung formalin. Hal yang dapat dilakukan untuk melakukan deformalinisasi
adalah sebagai berikut :
(1)
Ikan Asin
Proses deformalinisasi ikan asin, dapat
dilakukan dengan cara merendam ikan asin tersebut dalam tiga macam larutan,
yakni: air, air garam dan air leri. Perendaman dalam air selama 60 menit mampu
menurunkan kadar formaldehida hingga 61,25% , perendaman dengan air leri selama
60 menit dapat menurunkan kadar formaldehida hingga mencapai 66,03%, sedangkan
perendaman pada air garam selama 60 menit dapat menurunkan kadar formaldehida
hingga 89,53%. Sehubungan dengan makin
berkurangnya kadar formaldehida dalam ikan asin tersebut, maka resiko yang
ditimbulkan saat mengkonsumsinya akan berkurang.
(2)
Tahu
Proses deformalinisasi pada tahu dapat
dilakukan dengan merebusnya dalam air mendidih kemudian diikuiti dengan proses penggorengan.
Hal ini akan menurunkan kadar formaldehida dalam tahu dengan cukup signifikan.
Sehubungan dengan makin menurunnya kadar formaldehida dalam tahu, maka resiko
yang ditimbulkan saat mengkonsumsinya akan berkurang.
(3)
Mie
Proses deformalinisasi pada mie dapat
dilakukan dengan cara merendam mie dalam air panas selama 30 menit, Hal ini
dapat menghilangkan kadar formaldehida hingga 98%. Sehubungan dengan makin
menurunnya kadar formaldehida dalam mie, maka resiko yang ditimbulkan saat
mengkonsumsinya akan berkurang
(4)
Ikan Segar
Proses deformalinisasi pada ikan segar,
dapat dilakukan dengan cara merendam
ikan segar dalam larutan batrium benzoat. Dan dalam larutan asam etanoat/cuka
5% selama 15 menit. Hal ini dapat menurunkan kadar formaldehida dengan cukup
signifikan. Sehubungan dengan beerkurangnya kadar formaldehida dalam ikan
segar, maka resiko yang ditimbulkan ketika kita mengkonsumsinya akan berkurang.
2.8.3 Saran Alternatif
Dalam hubungannya dengan dampak negative Formalin, maka
imunitas tubuh sangat memegang peranan dalam memblokade serangan
senyawa-senyawa toksik dalam Formalin. Jika imunitas tubuh dalam kondisi
rendah, sangat mungkin Formalin yang dengan konsentrasi rendah sekalipun akan
dapat berdampak buruk terhadap kesehatan manusia.
Beberapa saran agar dapat hidup secara nyaman dan aman dengan
Formalin, yang pertama adalah. usahakan tetap tenang dan memakai pikiran logis.
Kita harus meningkatkan kewaspadaan serta kejelian dengan memperhatikan
kualitas dan kondisi barang serta harganya. Yang kedua, teliti dan cermat
sebelum mengkonsumsi makanan. Biasanya, makanan yang mengandung Formalin
memiliki penampilan fisik yang sempurna, daging sudah tidak terlalu kenyal,
berat makanan bertambah, dan tercium bau bahan kimia.Hal tersebut dapat
dilakukan oleh orang awam sekalipun. Yang ketiga, Jika memungkinkan, pakailah
bahan pengawet, tingkatkan konsumsi makanan suplemen kesehatan sebagai
pemblokade partikel racun yang masuk ke dalam tubuh, dan juga meningkatkan
stamina dan imunitas tubuh dalam menghadapi keadaan lingkungan yang terburuk.
2.9 Solusi yang Dilakukan untuk Mencegah Penggunaan Boraks pada
Jajanan Siswa
2.9.1 Tindakan Preventif
Sebagai tindakan pencegahan, penulis menyarankan untuk
mengenali jajanan yang mengandung boraks dengan ciri-ciri sebagai berikut:
2.9.1.1 Ciri-Ciri Umum:
(1) Tekstur
jajanan yang mengandung boraks akan lebih kenyal
(2) Jajanan tidak mudah basi dalam jangka waktu
2-3 hari dalam suhu kamar, sedangkan pada jajanan yang tidak mengandung bahan
kimia, normalnya hanya bertahan selama 1 hari dalam suhu kamar.
(3) Biasanya jajanan ini memiliki rasa yang asin
dan juga pahit, tetapi rasa pahit dari jajanan biasanya masih tertingggal di
bagian pangkal dari lidah.
2.9.1.2 Ciri-Ciri Pada Beberapa Makanan
(1)
Bakso
a)
Lebih kenyal dibanding bakso tanpa boraks. Bila digigit
akan kembali ke bentuk semula.
b)
Tahan lama atau awet beberapa hari.7
c)
Warnanya tampak lebih putih. Bakso yang aman berwarna
abu-abu segar merata di semua
bagian, baik di pinggir maupun tengah.
d)
Bau terasa tidak alami. Ada bau lain yang muncul
e)
Bila dilemparkan ke lantai akan memantul seperti bola
bekel.
(2)
Gula Merah
a)
Sangat keras dan susah dibelah.
b)
Terlihat butiran-butiran mengkilap di bagian dalam
(3)
Lontong
a)
Tahan lama
b)
Tekstur kenyal
c)
Warna putih bersih
d)
Rasanya getir
2.10 Pembahasan Hasil Angket tentang “Kandungan Formalin dan Boraks pada Jajanan Siswa serta Pengaruhnya bagi Kesehatan Siswa SMP Negeri 20 Malang”.
Pada nomor 1 dengan soal “Apakah
jajanan di dalam SMP Negeri 20 Malang sudah bebas dari formalin dan boraks?”. 48
siswa menjawab Ya, 15 siswa menjawab tidak,dan 37 siswa menjawab ragu- ragu.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian siswa SMP Negeri 20
Malang meyakini bahwa jajanan dikantin SMP Negeri 20 Malang sudah aman dan
terbebas dari boraks dan formalin, selain itu, dapat juga disimpulkan bahwa
masih banyak siswa SMP Negeri 20 Malang yang masih ragu-ragu dengan keamanan
dan bebasnya jajanan di SMP Negeri 20 Malang dari formalin dan boraks.
Pada nomor 2 dengan soal “Apakah Anda sudah
mengetahui apa dampak negatif dari jajanan yang mengandung formalin dan
boraks?” 78 siswa
menjawab ya, 4 siswa menjawab tidak, dan 8 siswa menjawab ragu-ragu. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa SMP Negeri 20 malang
mengetahui dampak negatif dari penggunaan formalin dan boraks dalam jajanan.
Pada
nomor 3 dengan soal “Apakah jajanan di sekitar SMPN 20 Malang
sudah aman dari formalin dan boraks?” 32
siswa menjawab ya, 22 siswa menjawab tidak, 50 siswa mejawab ragu-ragu. Dari
data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar siswa SMP Negeri 20 Malang ragu terhadap keamanan dan bebasnya
jajanan yang dijual di sekitar SMP Negeri 20 malang dari formalin dan boraks.
Pada nomor 4 dengan soal “Apakah
pengolahan jajanan di dalam SMP Negeri 20 Malang sudah bersih dan higenis
?” 32 siswa menjawab ya, 18 siswa
menjawab tidak, 50 siswa menjawab ragu-ragu. Dari data diatas dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar siswa SMP Negeri 20 malang meragukan kebersihan dan
kehigenisan dalam pengolahan jajanan di
kantin SMP Negeri 20 Malang.
Pada nomor 5 dengan soal “Apakah orang tua Anda
pernah melarang Anda untuk membeli jajanan sembarangan?” 77 siswa menjawab ya, 11 siswa menjawab
tidak, 12 siswa menjawab ragu-ragu. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar orang tua siswa sudah memberikan pengawasan pada keamanan dari jajanan
siswa SMP Negeri 20 Malang.
Pada nomor 6 dengan soal “Apakah
Anda menyukai jajanan disekitar sekolah daripada jajanan dikantin sekolah?” 20
siswa menjawab ya, 23 siswa menjawab tidak,
57 siswa menjawab ragu-ragu. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar siswa SMP Negeri 20 Malang merasa ragu-ragu terhadap r kepada
jajanan disekitar SMP Negeri Malang, dapat juga disimpulkan bahwa sebagian
kecil siswa SMP Negeri 20 Malang menyukai jajanan di sekitar SMP Negeri 20
Malang
Pada nomor 7 dengan soal “Apakah
Anda lebih menyukai jajanan yang terasa kenyal?” 8 siswa mejwab ya, 50 siswa
menjawab tidak, 42 siswa menjawab ragu-ragu. Dapat disimpulkan bahwa sebagian
siswa SMP Negeri 20 malang tidak menyukai jajanan yang terasa kenyal yang dapat
diindikasikan mengandung boraks.
Pada nomor 8 dengan soal “Apakah
harga dari jajanan dapat menentukan bebas atau tidaknya dari formalin dan
boraks?” 30 siswa menjawab ya, 30 siswa menjawab
tidak, 40 siswa menjawab ragu-ragu. Dapat disimpulkan bahwa Siswa SMP Negeri 20
malang ragu bila harga dapat berpengaruh terhadap kesehatan jajanan.
Pada nomor 9 dengan soal “Apakah
Anda lebih menyukai memakan jajanan ringan untuk menghilangkan rasa lapar?” 30
siswa menjawab ya, 28 siswa menjawab tidak, 42 siswa menjawab ragu-ragu. Dapat
disimpulkan bahwa sebagian kecil siswa SMP Negeri 29 malang menyukai jajanan
untuk menghilangkan lapar
Pada nomor 10 dengan soal “Apakah
Anda lebih menyukai jajanan di luar dari pada makanan di rumah?” 17 siswa menjawab ya, 49 siswa menjawab tidak
34 siswa menjawab ragu-ragu. Dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian siswa SMP
Negeri 20 Malang lebih menyukai makanan di rumah.
Pada nomor 11 dengan soal “Apakah
masakan yang anda makan sudah bebas dari formalin dan boraks?” 39 siswa
menjawab ya, 14 siswa menjawab tidak, 56 siswa menjawab ragu-ragu. Dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar siswa SMP Negeri 20 Malang ragu bila makanan
yang dimakan bebas dari formalin dan boraks.
Pada nomor 12 dengan soal “Apakah
Anda dapat mengenali jajanan yang menggunakan formalin dengan yang tidak
menggunakan formalin?” 33 siswa menjawab
ya, 24 siswa menjawab tidak, 43 siswa menjawab ragu-ragu
Pada nomor 15 dengan soal “Apakah Anda dapat
mengenali jajanan yang menggunakan boraks dengan yang tidak menggunakan
boraks?” 41 siswa menjawab ya, 18 siswa
menjawab tidak, 41 siswa menjawab ragu-ragu. Dapat disimpulkan bahwa siswa SMP
Negeri 20 Malang sudah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai formalin dan
boraks
pada nomor 13 dengan soal “apakah
Anda dapat mengenali jajanan yang mengandung formalin dan boraks?” 41 siswa
menjawab ya, 21 siswa menjawab tidak, 38 siswa menjawab ragu-ragu. Dapat
disimpulkan bahwa hampir sebagian siswa SMP Negeri 20 malang dapat mengenali
jajanan yang mengandung formalin dan boraks.
Pada nomor 16 dengan soal “Apakah
Anda sering mengkonsumsi jajanan di luar sekolah SMP Negeri 20 Malang?” 33 siswa menjawab ya, 20 siswa menjawab
tidak, 47 siswa menjawab ragu-ragu. Dapat disimpulkan bahwa sebagian kecil
siswa SMP Negeri 20 malang tidak sering mengkonsumsi jajanan diluar SMP Negeri
20 Malang.
Pada nomor 17 dengan soal “Apakah
Anda dapat melakukan pengujian sendiri untuk mengetahui jajanan yang mengandung
formalin dan boraks?” 21 siswa menjawab ya, 49 siswa menjawab tidak dan 30
siswa menjawab ragu-ragu. Dapat disimpuikan bahwa sebagian siswa SMP Negeri 20
malang tidak dapat melakukan pengujian kandungan formalin dan boraks.
Pada nomor 18 dengan soal “Apakah
orang tua Anda sudah dapat mengenali adanya formalin dan boraks dalam
makanan?” 45 siswa menjawab ya, 21 siswa
menjawab tidak dan 34 siswa menjawab ragu-ragu. Dapat disimpulkan bahwa
sebagian orang tua siswa SMP Negeri 20 Malang dapat mengenali adanya formalin
dan boraks dalam jajanan.
Pada nomor 19 dengan soal “Apakah
Anda akan tetap membeli apabila jajanan tersebut mengandung formalin dan
boraks?” 15 siswa menjawab ya, 52 siswa
menjawab tidak, 33 siswa menjawab ragu-ragu. Dapat disimpulkan bahwa sebagian
siswa SMP Negeri 20 malang tidak membeli jajanan bila ditemukan mengandung
formalin/boraks.
Pada nomor 20 dengan soal “Apakah
sosialisasi tentang bahaya formalin dan boraks dalam jajanan di SMPN 20 perlu
dilaksanakan?” 76 siswa menjawab ya, 8 siswa menjawab tidak, 18 siswa menjawab
ragu-ragu. Dapat disimpulkan bahwa perlu diadakan sosialisasi di SMP Negeri 20
Malang mengenai bahaya formalin dan boraks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar