BAB I
PENDAHULUAN
Dalam
bab pendahuluan ini penulis akan menguraikan tentang (1) latar belakang, (2)
ruang lingkup masalah, (3) pembatasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan
penelitian, (6) manfaat penelitian, (7) anggapan dasar dan hipotesis, serta (8)
sumber data dan metode.
1.1 Latar Belakang
Makanan
merupakan kebutuhan pokok manusia karena di dalamnya mengandung nutrisi yang
diperlukan, antara lain untuk:
(1)
Pertumbuhan badan.
(2)
Memelihara dan memperbaiki jaringan
tubuh yang telah tua atau rusak.
(3)
Diperlukan untuk proses yang terjadi
dalam tubuh.
(4)
Diperlukan untuk berkembang biak.
(5)
Menghasilkan energi untuk dapat
melakukan aktivitas.
Bahan
makanan baru dapat disebut makanan, apabila bahan makanan tersebut siap untuk
dapat dimakan. Makanan yang baik bagi manusia adalah yang memenuhi kandungan
nutrisi, persyaratan kesehatan, dan kebersihan.
Berdasarkan
kandungan bahannya, bahan makanan dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu:
(1)
Bahan makanan dengan kandungan protein
yang tinggi
(1)
Bahan makanan dengan kandungan lemak
yang tinggi
(2)
Bahan makanan dengan kandungan
karbohidrat tinggi
Di Indonesia pada umumnya, setiap
makanan dengan cepat beredar dan dijual tanpa harus terlebih dahulu melalui
kontrol keselamatan. Lebih dari 70% makanan yang beradar dan dijual, dihasilkan
oleh produsen yang masih tradisional yang dalam proses produksinya kebanyakan
masih jauh dari standar keselamatan dan kesehatan. Bahkan beberapa hampir tidak
memenuhi standar keselamatan dan kesehatan sama sekali.
Secara khusus di SMP Negeri 20
Malang, tersedia berbagai pilihan
makanan. Baik dari dalam kantin SMP Negeri 20 Malang itu sendiri maupun
di sekitar lokasi SMP Negeri 20 Malang. Beberapa makanan yang disukai oleh
kebanyakan siswa memiliki komposisi yang dapat menjadikan makanan tersebut
memiliki daya pikat tersendiri di mata siswa SMP Negeri 20 Malang. Untuk
memperoleh komposisi yang dapat menarik minat siswa SMP Negeri 20 Malang,
pedagang tentunya memerlukan bahan baku yang lebih mahal. Akan tetapi beberapa
penjual yang menginginkan keuntungan yang lebih besar memilih untuk melakukan
kecurangan. Bahan tersebut juga biasanya
dapat dengan mudah kita dapatkan di dalam pasaran, dengan harga yang murah
tanpa membutuhkan anjuran dari dokter. Hal ini tentu saja mengakibatkan para
pedagang untuk memilih menggunakan bahan kimia yang dilarang digunakan dalam
pangan. Bahan-bahan kimia yang biasanya dapat berdampak negatif dikonsumsi
dalam jangka waktu yang panjang. seperti rodhamin b, boraks, formalin, sakarin
dan sebagainya
Formalin dan boraks dilarang
digunakan dalam jajanan karena merupakan
zat-zat yang bersifat karsinogenik sehingga dapat menyebabkan kanker pada
pemakaian jangka panjang.
Formalin biasanya digunakan sebagai
disinfektan, antiseptik, deodorant, fiksasi jaringan, dan cairan
pembalsem. Batas paparan formaldehid 2 ppm, dan dosis fatal formalin 60-90 ml.
kadar yang tinggi akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat dalam sel,
sehingga menekan fungsi sel dan mengakibatkan kematian sel. Keracunan formalin
atau paraformaldehid melalui melalui mulut memungkinan timbul rasa mual,
muntah, dan kematian disebabkan oleh gagal peredaran darah.
Sedangkan boraks adalah sebuah senyawa yang memiliki sifat dapat
mengembangkan, memberi efek kenyal serta membunuh mikroba. Boraks dalam makanan
dapat membuat makanan menjadi lebih kenyal.
Berdasarkan
uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah yang
berjudul “Kandungan Formalin dan Boraks
Dalam Jajanan Siswa Serta Pengaruhnya Bagi Kesehatan Siswa SMP Negeri 20
Malang”. Mengingat karena semakin maraknya oknum pedagang yang memilih untuk
menggunakan bahan kimia berbahaya, demi meraup untung yang lebih besar.
1.2 Ruang Lingkup
Bahan tambahan makanan adalah bahan
yang biasanya merupakan unsur khas makanan, yang mempunyai atau tidak mempunyai
nilai gizi, dan dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud
teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan,
penyimpanan, atau pengangkutan makanan. Untuk menghasilkan atau diharapkan
menghasilkan suatu komponen yang
mempengaruhi sifat khas dari makanan tersebut.
Bahan tambahan makanan meliputi
antioksidan, anti kempal, pengatur keasaman, pemanis buatan, pemutih, dan
pematang tepung, pengemulsi, pemantap dan pengental, pengawet, pengeras,
pewarna penyedap rasa dan aroma, penguat rasa, dan sekuestran. Penggunaan bahan
tambahan makanan telah diatur dalam beberapa peraturan, dan berdasarkan
peraturan Menteri Kesehatan RI no.722/Menkes/Per/9/1998 tanggal 22 September
1998 tentang bahan makanan tambahan, termasuk tambahan yang dilarang digunakan
dalam makanan. Bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan ialah :
(1)
Asam Borat dan senyawanya
(2)
Asam salisilat dan garamnya
(3)
Dietil pirokarbonat
(4)
Dulsin
(5)
Kalium klorat
(6)
Kloramfenikol
(7)
Minyak nabati yang dibrominasi
(8)
Nitrofurazon
(9)
Formalin
Sedangkan peraturan Menteri
Kesehatan RI No.239/Men.Kes/Per/V/1985
tanggal 1 Mei 1985, menetapkan zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan
berbahaya dan dilarang digunakan dalam obat atau makanan, dan kosmetika.
Sedangkan bahan berbahaya yang
biasa digunakan dalam kosmetika adalah sebagai berikut:
(1)
Anti Bakteri
(2)
Butil Asetat
(3)
Kationik Surfaktan
(4)
Coal tar
(5)
Diethanolamine
(6)
Formaldehida
(7)
Merkuri
(8)
Partikel Nano
(9)
Petroleum Distillates
(10)
Talc
(11)
Rhodamin B
(12)
Diethylene glycol
(13)
Tretionin atau Retionic Acid\
(14)
Hidroquinon
Penggunaan
bahan tambahan makanan yang terlarang masih dilakukan. Bahkan tampaknya akan
semakin tinggi jika mengambil segmen pengusaha pangan jajanan. Produknya justru
banyak sekali dikonsumsi oleh masyarakat luas, termasuk kalangan remaja dan
anak-anak usia sekolah.
Bahan tambahan makanan biasa disebut
dengan zat aditif. Zat aditif dapat diperoleh dari ekstrak bahan alami yang
disebut zat aditif alami, dan dapat pula dibuat dari reaksi-reaksi tertentu,
atau yang dikenal dengan zat aditif sintetik. Daun suji, kunyit, cabai, anggur,
bit, wortel, jeruk merupakan contoh pewarna alami. Sedangkan zat pewarna
sintetik yang boleh digunakan dalam makanan harus berlabel FD & C (food,
drugs & cosmetics), contohnya FD & Yellow no.5 dan 6, dan FD & Cred no 2 dan 3. Dari hasil beberapa penelitian
menunjukkan bahwa masih sering kita jumpai penggunaan zat pewarna merah Rhodamin B dan Metanil Yellow pada
produk makanan industri rumah tangga seperti kerupuk, makanan ringan,
terasi, kembang gula, sirup, biskuit, sosis, manisan dan ikan asap. Perlu diketahui
bahwa kedua zat pewarna tersebut adalah bahan kimia yang digunakan untuk
pewarna merah dan kuning pada industri tekstil dan plastik.
Zat penyedap
rasa yang umum digunakan biasanya yaitu Mono Sodium Glutamat (MSG) yang
merupakan garam natrium dari asam glutamat. MSG merupakan zat penyedap rasa
sintetik. MSG menggunakan gluten dari gandum, jagung, kedelai serta
hasil samping penggunaan gula bit atau molase gula tebu sebagai bahan
baku. Sedangkan contoh zat penyedap rasa alami, yaitu: terasi yang dapat
dibubuhkan ke dalam sayur asem, kemudian juga garam dapur sebagai pembangkit
cita rasa makanan dimana makanan menjadi lebih gurih dan berasa asin.
Sedangkan cuka atau asam jawa dapat menyebabkkan rasa makanan menjadi asam
segar.
Zat aroma
(penimbul cita rasa) sintetik yang biasa digunakan misalnya amil asetat seperti
aroma pisang, vanillin dan ekstrak paniliamil kaproat memberikan aroma serupa
aroma apel dan nenas, sitronelal mempunyai aroma bunga (ros), benzil asetat
aroma strawberry, diasetil aroma mentega dan aldehida sinamat aroma kayu manis.
Pemanis yang
utama pada makanan adalah sukrosa, yang dapat diperoleh baik dalam bentuk gula
pasir, gula jawa atau gula kelapa. Sedangkan zat pemanis sintetik yang
sering digunakan yaitu: Garam Na dan Ca siklamat (kemanisannya 30
kali lebih besar dari gula), Ca dan Na Sakarin (Kemanisannya 400 kali
lebih besar dari kemanisan larutan gula 10%), kalium-asesulfam (aman dikonsumsi
merupakan serbuk kristal dengan kemanisan 200 kali lebih besar dari
gula), aspartam, dihidrokalkon, dan flavonoid neohesperidin.
Zat kimia yang
digunakan sebagai pengawet dapat berupa zat organik dan anorganik. Zat organik
lebih sering digunakan untuk pengawet karena mudah dibuat. Zat organik yang biasanya
digunakan adalah asam sorbat, asam propionat, asam benzoat, asam asetat dan
epoksida. Asam benzoat atau garam natriumnya sering digunakan untuk bahan
makanan dengan kondisi asam, seperti minuman buah, sari apel, minuman
berkarbonat, acar, dan sambal tomat. Bahan ini digunakan untuk mencegah
pertumbuhan bakteri. Benzoat efektif pada pH 2,5 - 4,0. Asam
benzoat secara alami terdapat dalam rempah-rempah dan kayu manis. Cuka
atau larutan 4% asam asetat biasa digunakan untuk mencegah pertumbuhan kapang
dalam roti.
Zat pengawet
anorganik yang digunakan adalah sulfit, nitrat dan nitrit. Garam nitrit dan
nitrat (NaNO3 atau NaNO2, dengan nama dagang sendawa
Chili) biasanya digunakan untuk memperoleh warna daging yang baik dan
menghambat pembentukan toksin oleh Clostridium botulinum. Namun
demikian, penggunaan natrium nitrit sebagai pengawet dapat membahayakan, bila
terjadi ikatan antara nitrit dengan amino atau amida yang dapat membentuk
turunan nitrosamida (senyawa karsinogen nitrosamina) yang bersifat toksik
(racun) dan dapat menimbulkan kanker pada hewan. Oleh karena itu
penggunaan nitrit hendaknya dibatasi. Zat pengawet yang paling aman
digunakan adalah pengawet alamiah seperti gula, garam dapur, dan asam
jawa.
Secara garis
besar zat pengawet dibedakan menjadi tiga jenis, sebagai berikut:
(1)
GRAS (Generally Recognized as Safe)
yang umumnya bersifat alami, sehingga aman dan tidak berefek racun sama sekali.
(2)
ADI (Acceptable Daily Intake),
yang selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily intake) guna
melindungi kesehatan konsumen.
(3)
Zat pengawet yang memang tidak layak
dikonsumsi, karena berbahaya seperti boraks dan formalin.
Akhir-akhir ini
beredar informasi di masyarakat dimana terjadi penyalahgunaan penggunaan zat
aditif terutama zat pengawet pada produk pangan yang sesungguhnya tidak
sesuai dengan penggunaannya dan zat aditif tersebut dapat memicu terjadinya
penyakit kanker. Sebagai contoh yaitu penggunaan boraks dan formalin
dalam makanan sehari-hari seperti baso, mie basah, ikan asin dan tahu.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan
ruang lingkup di atas, maka penulis membatasi masalah penelitian sebagai
berikut ini.
1.3.1 Pengertian formalin
1.3.2 Pengertian
boraks
1.3.3 Dampak negatif terhadap kesehatan siswa
yang diakibatkan penggunaan formalin pada jajanan siswa
1.3.4 Dampak negatif terhadap kesehatan siswa
yang diakibatkan penggunaan boraks pada jajanan siswa
1.3.5 Faktor
penyebab penggunaan formalin pada jajanan siswa
1.3.6 Faktor
penyebab penggunaan boraks pada jajanan siswa
1.3.7 Pengujian sederhana pada beberapa sampel
jajanan di SMP Negeri
20 Malang beserta pembahasanya
1.3.8 Solusi yang dilakukan untuk mencegah penggunaan
formalin pada jajanan siswa
1.3.9 Solusi yang dilakukan untuk mencegah
penggunaan borak pada jajanan siswa
1.3.10 Pembahasan hasil angket tentang “Kandungan
Formalin dan
Boraks pada Jajanan Siswa serta Pengaruhnya bagi Kesehatan Siswa SMP Negeri 20 Malang”
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan
pembatasan masalah diatas, maka penulis menentukan rumusan masalah sebagai berikut ini.
1.4.1 Apakah pengertian dari formalin?
1.4.2 Apakah pengertian dari boraks?
1.4.3 Bagaimana
dampak negatif terhadap kesehatan siswa yang
diakibatkan penggunaan
formalin pada jajanan siswa?
1.4.4 Bagaimana dampak negatif terhadap kesehatan
siswa yang diakibatkan penggunaan boraks pada jajanan siswa?
1.4.5 Apakah
faktor penyebab penggunaan formalin pada jajanan siswa?
1.4.6 Apakah faktor penyebab penggunaan boraks
pada jajanan siswa?
1.4.7 Bagaimana prosedur
pengujian sederhana pada beberapa sampel
jajanan di kantin SMP Negeri 20
Malang beserta pembahasanya?
1.4.8 Apakah
solusi yang dilakukan untuk mencegah penggunaan
formalin
pada jajanan siswa?
1.4.9 Apakah
solusi yang dilakukan untuk mencegah penggunaan borak pada jajanan siswa?
1.4.10 Bagaimana
pembahasan hasil angket tentang “Kandungan Formalin dan Boraks pada Jajanan Siswa
serta Pengaruhnya bagi Kesehatan Siswa SMP Negeri 20 Malang”?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan
dalam penelitian ini meliputi tujuan
umum dan tujuan khusus.
1.5.1 Tujuan Umum
Tujuan
umum penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang kandungan formalin dan
boraks dalam jajanan siswa serta pengaruhnya bagi kesehatan siswa SMP Negeri 20
Malang.
1.5.2 Tujuan Khusus
Berdasarkan
tujuan umum di atas, maka tujuan khusus penelitian, antara lain sebagai
berikut.
1.5.1 Mendeskripsikan
pengertian formalin
1.5.2 Mendeskripsikan pengertian boraks
1.5.3 Mendeskripsikan Dampak negatif terhadap
kesehatan siswa yang diakibatkan penggunaan formalin pada jajanan siswa
1.5.4 Mendeskripsikan Dampak negatif terhadap
kesehatan siswa yang diakibatkan
penggunaan boraks pada jajanan siswa
1.4.5 Mendeskripsikan Faktor penyebab
penggunaan formalin pada jajanan siswa
1.4.6 Mendeskripsikan Faktor penyebab
penggunaan boraks pada jajanan siswa
1.4.7 Mendeskripsikan Pengujian sederhana pada
beberapa sampel jajanan di SMP Negeri 20 Malang
1.4.8 Mendeskripsikan Solusi yang dilakukan
untuk mencegah penggunaan formalin pada jajanan siswa
1.4.9 Mendeskripsikan
Solusi yang dilakukan untuk mencegah penggunaan borak pada jajanan siswa
1.4.10 Mendeskripsikan
Pembahasan hasil angket tentang “Kandungan Formalin dan Boraks pada Jajanan
Siswa serta Pengaruhnya bagi Kesehatan Siswa SMP Negeri 20 Malang”.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Sekolah
1.6.1.1 Sebagai
referensi indikasi formalin dan boraks dalam
jajanan di sekitar SMP Negeri 20 Malang
1.6.1.2 Sebagai
bukti konkrit apabila terdapat formalin dan boraks dalam jajanan di SMP Negeri
20 Malang
1.6.1.3 Sebagai
acuan sekolah dalam memberi himbauan mengenai pelarangan untuk membeli jajanan
jenis tertentu.
1.6.2 Bagi Siswa
1.6.2.1 Sebagai
petunjuk untuk memilih jajanan yang lebih sehat dan bermanfaat.
1.6.2.2 Sebagai
bacaan yang dapat memberi sedikit pengetahuan tentang formalin dan boraks.
1.6.2.3 Sebagai
referensi siswa pada penggunaan formalin dan boraks dalam kehidupan nyata.
1.6.3 Bagi Peneliti
1.6.3.1 Menambah
pengetahuan penulis mengenai bahaya formalin dan boraks
1.6.3.2 Dapat
menjadi referensi untuk lebih selektif dalam memilih jajanan
1.6.3.3 Mengembangkan
kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
1.7 Anggapan Dasar dan Hipotesis
1.7.1 Anggapan Dasar
Formalin
dan boraks sejatinya digunakan sebagai
pengawet mayat, perekat kayu, disinfektan. Formalin dan boraks dilarang
dicampurka dalam makanan dalam kadar berapapun sesuai dengan peraturan menkes
RI no.722/Menkes/Per/9/1998 tanggal 22 September 1998 tentang bahan makanan
tambahan. Hal ini disebabkan formalin dan boraks memiliki dampak bagi keehatan.
Baik dalam jangka pendenk maupun jangka panjang. Salah satu dampak jangka
panjang dari penggunaaan formalin dan boraks dalam makanan adalah dapat
menyebabkan kanker karena formalin dan boraks besifa kasinogenik.
Fomalin
dan boraks dapat dengan mudah didapatkan dipasaran tanpa perlu menggunakan
surat ijin. Formalin dan boraks dapat didapatkan dengan harga yang relatif
murah apabila dibandingkan dengan harga natrium benzoat terjadi selisih harga
yang cukup tinggi
Pada
aplikasinya bleng dipakai dalam pembuatan krupuk nasi secara turun temurun.
Bleng yang digunakan dalam pembuatan krupuk nasi biasa didapat dari ladang
garam/kawah lumpur. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena bahaya bleng setara
dengan bahaya boraks.
Formalin
biasanya disalahgunakan untuk mengawetkan makanan. Sedangkan boraks biasa
disalahgunakan sebagai pengenyal,
pengeras, serta digunakan untuk memperbaiki tekstur.
1.7.2 Hipotesis
Pada
penelitian ini penulis beranggapan bahwa jajanan di SMP Negeri 20 Malang belum
sepenuhnya bebas dari formalin dan boraks. Sehingga menyebabkan penulis
tertarik untuk menyelidiki Kandungan formalin dan boraks pada jajanan siswa SMP
Negeri 20 Malang serta dampaknya bagi kesehatan
1.8 Sumber Data dan Metode
Dalam penulisan karya tulis ini. Penulis juga
mengumpulkan data-data dengan sumber data dan metode sebagai berikut ini:
1.8.1 Sumber Data
1.8.1.1 Buku
Penulis menggunakan dan mengambil sumber data
dari beberapa buku untuk
kelengkapan informasi yang dibutuhkan, antara lain :
(1)
Sartono,
Drs. 2002. Racun dan Keracunan. Jakarta.
Widya Medika
(2)
Firman
Harry, Liliasary.1997
KIMIA 1.
Jakarta.
PT Balai Pustaka
1.8.1.2 Internet
Penulis juga mengambil informasi dari media
lain selain buku, salah satunya adalah internet. Situs yang penulis kunjungi
sebagai berikut :
(1)
id.m.wikipedia.org/wiki/bleng
Diakses pada 21
Desember 2014 pukul 06.00
Diakses pada 25 Desember
2014 pukul 08.09
Diakses pada 28 Desember 2014 pukul
06.28
Diakses pada 28
Desember 2014 pukul 06.33
Diakses pada 26 Desember 2014 pukul 06.43
Diakses pada 24
Desember 2014 pukul 19.30
Diakses pada 24 Desember 2014
pukul 19.34
(8)
http://m.facebook.com/notes/gracy-skin-care/10-zat-kimia-berbahaya-pada- kosmetik/682459188440511
Diakses pada 21
Desember 2014 pukul 05.30
Diakses pada 25 Desember
2014 pukul 08.15
(10)
Sherchemistry.wordpress.com/kimia-xii-€€2/senyawa-karbon/aldehid/
Diakses pada 8 Januari 2015 pukul 18.29
(11)
www.ilmukimia.org/2012/11/elektrofil-nukleofil-dan-radikal-bebas.html
Diakses pada 8 Januari 2015
pukul 18.36
(12)
Id.m.wikipedia.org/wiki/Subtitusi_aromatik_elektrofilik
Diakses pada 8 Januari 2015 pukul 18.39
(13)
Rahmadinechm_blogspot.in/2013/11/normal-0-normal-false-false-en-us-x-none.html?m=1
Diakses pada 8 Januari 2015 pukul 18.46
(14)
Id.m.wikipedia.org/wiki/Katalis
Diakses pada 8 Januari 2015 pukul 19.08
(15)
Id.m.wikipedia.org/wiki/redoks
Diakses pada 8 Januari 2015 pukul 19.13
(16)
Id.m.wikipedia.org/wiki/Alkena
Diakses pada 9 Januari 2015 pukul 18.25
(17)
Id.m.wikipedia.org/wiki/Reaksi_Cannizzaro
Diakses pada 9 Januari 2015 pukul 18.29
(18)
Id.m.wikipedia.org/wiki/Asam_Format
Diakses pada 9 Januari 2015 pukul 19.01
(19)
Id.m.wikipedia.org/wiki/dehidrogenasi
Diakses pada 9 Januari 2015 pukul 19.41
(20)
Perpustakaancyber.blogspot.in/2013.10.pengertian-polimer-bentuk-contoh-struktur.html?m=1
Diakses pada 9 Januari 2015 pukul 19.43
(21)
Malso.tripod.com/garam_mineral.htm
Diakses pada 9 Januari 2015 pukul 20.04
1.8.2 Metode
Untuk mendapatkan data dalam
penulisan karya tulis ini, maka penulis menggunakan beberapa metode, antara
lain:
1.8.2.1 Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif ini dilaksanakan
dengan menggunakan beberapa sampel jajanan yang berasal dari dalam kantin SMP
Negeri 20 Malang, maupun dari pedagang di luar SMP Negeri 20 Malang. Analisis
ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 12 Desember 2014 bertempat di
Laboratorium Biologi SMP Negeri 20 Malang.
1.8.2.2 Wawancara
Penulis juga melakukan wawancara
kepada guru SMP Negeri 20 Malang, beserta siswa kelas 9 pada hari Rabu tanggal
17 Desember 2014
Untuk wawancara peneliti akan mewawancarai
:
(1)
Ibu Liesdyah Iramita S.Pd
Selaku guru mata pelajaran ilmu pengetahuan alam,
Diwawancarai pada hari Senin 5 Januari 2015
(2)
Saskya
Dian Safira.
Selaku perwakilan siswa, dari kelas 9B
Diwawancarai pada hari Senin 5 Januari 2015
1.8.2.3 Angket
Penulis juga menyebarkan angket
tentang “Kandungan Formalin dan Boraks dalam Jajanan Serta Pengaruhnya bagi
Siswa SMP Negeri 20 Malang” Kepada 100 responden yang berasal dari kelas 7, 8,
dan 9 SMP Negeri 20 Malang, pada hari Senin dan Selasa tanggal 15 dan 16
Desember 2014.
1.8.2.4 Observasi
Penulis melakukan observasi terhadap
jajanan di dalam kantin SMP Negeri 20 Malang, maupun disekitar SMP Negeri 20
Malang. Penulis juga mengobservasi siswa SMP Negeri 20 Malang terkait dengan
pengaruh penggunaan boraks dan formalin dalam jajanan. Pada hari Kamis tanggal
18 Desember 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar