Sabtu, 21 Februari 2015

Contoh Kti - Bab 1 Pendahuluan



BAB I

PENDAHULUAN


Dalam bab pendahuluan ini penulis akan menguraikan tentang (1) latar belakang, (2) ruang lingkup masalah, (3) pembatasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian, (6) manfaat penelitian, (7) anggapan dasar dan hipotesis, serta (8) sumber data dan metode.

1.1  Latar Belakang

Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia karena di dalamnya mengandung nutrisi yang diperlukan, antara lain untuk:
(1)               Pertumbuhan badan.
(2)               Memelihara dan memperbaiki jaringan tubuh yang telah tua atau   rusak.
(3)               Diperlukan untuk proses yang terjadi dalam tubuh.
(4)               Diperlukan untuk berkembang biak.
(5)               Menghasilkan energi untuk dapat melakukan aktivitas.
Bahan makanan baru dapat disebut makanan, apabila bahan makanan tersebut siap untuk dapat dimakan. Makanan yang baik bagi manusia adalah yang memenuhi kandungan nutrisi, persyaratan kesehatan, dan kebersihan.
Berdasarkan kandungan bahannya, bahan makanan dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu:
(1)               Bahan makanan dengan kandungan protein yang tinggi


(1)               Bahan makanan dengan kandungan lemak yang tinggi 
(2)               Bahan makanan dengan kandungan karbohidrat tinggi
Di Indonesia pada umumnya, setiap makanan dengan cepat beredar dan dijual tanpa harus terlebih dahulu melalui kontrol keselamatan. Lebih dari 70% makanan yang beradar dan dijual, dihasilkan oleh produsen yang masih tradisional yang dalam proses produksinya kebanyakan masih jauh dari standar keselamatan dan kesehatan. Bahkan beberapa hampir tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan sama sekali.
Secara khusus di SMP Negeri 20 Malang, tersedia berbagai pilihan  makanan. Baik dari dalam kantin SMP Negeri 20 Malang itu sendiri maupun di sekitar lokasi SMP Negeri 20 Malang. Beberapa makanan yang disukai oleh kebanyakan siswa memiliki komposisi yang dapat menjadikan makanan tersebut memiliki daya pikat tersendiri di mata siswa SMP Negeri 20 Malang. Untuk memperoleh komposisi yang dapat menarik minat siswa SMP Negeri 20 Malang, pedagang tentunya memerlukan bahan baku yang lebih mahal. Akan tetapi beberapa penjual yang menginginkan keuntungan yang lebih besar memilih untuk melakukan kecurangan.  Bahan tersebut juga biasanya dapat dengan mudah kita dapatkan di dalam pasaran, dengan harga yang murah tanpa membutuhkan anjuran dari dokter. Hal ini tentu saja mengakibatkan para pedagang untuk memilih menggunakan bahan kimia yang dilarang digunakan dalam pangan. Bahan-bahan kimia yang biasanya dapat berdampak negatif dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang. seperti rodhamin b, boraks, formalin, sakarin dan sebagainya
Formalin dan boraks dilarang digunakan dalam jajanan karena  merupakan zat-zat yang bersifat karsinogenik sehingga dapat menyebabkan kanker pada pemakaian jangka panjang.
 Formalin biasanya digunakan sebagai disinfektan,  antiseptik,  deodorant, fiksasi jaringan, dan cairan pembalsem. Batas paparan formaldehid 2 ppm, dan dosis fatal formalin 60-90 ml. kadar yang tinggi akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan mengakibatkan kematian sel. Keracunan formalin atau paraformaldehid melalui melalui mulut memungkinan timbul rasa mual, muntah, dan kematian disebabkan oleh gagal peredaran darah.
Sedangkan boraks adalah sebuah  senyawa yang memiliki sifat dapat mengembangkan, memberi efek kenyal serta membunuh mikroba. Boraks dalam makanan dapat membuat makanan menjadi lebih kenyal.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul “Kandungan Formalin dan Boraks  Dalam Jajanan Siswa Serta Pengaruhnya Bagi Kesehatan Siswa SMP Negeri 20 Malang”. Mengingat karena semakin maraknya oknum pedagang yang memilih untuk menggunakan bahan kimia berbahaya, demi meraup untung yang lebih besar.

1.2       Ruang Lingkup

Bahan tambahan makanan adalah bahan yang biasanya merupakan unsur khas makanan, yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, dan dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan, atau pengangkutan makanan. Untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan  suatu komponen yang mempengaruhi sifat khas dari makanan tersebut.
Bahan tambahan makanan meliputi antioksidan, anti kempal, pengatur keasaman, pemanis buatan, pemutih, dan pematang tepung, pengemulsi, pemantap dan pengental, pengawet, pengeras, pewarna penyedap rasa dan aroma, penguat rasa, dan sekuestran. Penggunaan bahan tambahan makanan telah diatur dalam beberapa peraturan, dan berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI no.722/Menkes/Per/9/1998 tanggal 22 September 1998 tentang bahan makanan tambahan, termasuk tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan. Bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan ialah :
(1)               Asam Borat dan senyawanya
(2)               Asam salisilat dan garamnya
(3)               Dietil pirokarbonat
(4)               Dulsin
(5)               Kalium klorat
(6)               Kloramfenikol
(7)               Minyak nabati yang dibrominasi
(8)               Nitrofurazon
(9)               Formalin
Sedangkan peraturan Menteri Kesehatan RI No.239/Men.Kes/Per/V/1985 tanggal 1 Mei 1985, menetapkan zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya dan dilarang digunakan dalam obat atau makanan, dan kosmetika.
Sedangkan bahan berbahaya yang biasa digunakan dalam kosmetika adalah sebagai berikut:
(1)               Anti Bakteri
(2)               Butil Asetat
(3)               Kationik Surfaktan
(4)               Coal tar
(5)               Diethanolamine
(6)               Formaldehida
(7)               Merkuri
(8)               Partikel Nano
(9)               Petroleum Distillates
(10)           Talc
(11)           Rhodamin B
(12)           Diethylene glycol
(13)           Tretionin atau Retionic Acid\
(14)           Hidroquinon
Penggunaan bahan tambahan makanan yang terlarang masih dilakukan. Bahkan tampaknya akan semakin tinggi jika mengambil segmen pengusaha pangan jajanan. Produknya justru banyak sekali dikonsumsi oleh masyarakat luas, termasuk kalangan remaja dan anak-anak usia sekolah.
Bahan tambahan makanan biasa disebut dengan zat aditif. Zat aditif dapat diperoleh dari ekstrak bahan alami yang disebut zat aditif alami, dan dapat pula dibuat dari reaksi-reaksi tertentu, atau yang dikenal dengan zat aditif  sintetik. Daun suji, kunyit, cabai, anggur, bit, wortel, jeruk merupakan contoh pewarna alami.  Sedangkan zat pewarna sintetik yang boleh digunakan dalam makanan harus berlabel FD & C (food, drugs & cosmetics), contohnya FD & Yellow no.5 dan 6, dan  FD & Cred no 2 dan 3.  Dari hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa masih sering kita jumpai penggunaan zat pewarna merah Rhodamin B dan Metanil Yellow pada produk makanan industri rumah tangga seperti  kerupuk, makanan ringan, terasi, kembang gula, sirup, biskuit, sosis, manisan dan ikan asap.  Perlu diketahui bahwa kedua zat pewarna tersebut adalah bahan kimia yang digunakan untuk pewarna merah dan kuning pada industri tekstil dan plastik.  
Zat penyedap rasa yang umum digunakan biasanya yaitu Mono Sodium Glutamat (MSG) yang merupakan garam natrium dari asam glutamat. MSG merupakan zat penyedap rasa sintetik.  MSG menggunakan gluten dari gandum, jagung,  kedelai serta hasil samping penggunaan gula bit atau molase gula tebu sebagai  bahan baku. Sedangkan contoh zat penyedap rasa alami, yaitu: terasi yang dapat dibubuhkan ke dalam sayur asem, kemudian juga garam dapur sebagai pembangkit cita rasa makanan dimana makanan menjadi lebih gurih dan berasa asin.  Sedangkan cuka atau asam jawa dapat menyebabkkan rasa makanan menjadi asam segar. 
Zat aroma (penimbul cita rasa) sintetik yang biasa digunakan misalnya amil asetat seperti aroma pisang, vanillin dan ekstrak paniliamil kaproat memberikan aroma serupa aroma apel dan nenas,  sitronelal mempunyai aroma bunga (ros), benzil asetat aroma strawberry, diasetil aroma mentega dan aldehida sinamat aroma kayu manis.
Pemanis yang utama pada makanan adalah sukrosa, yang dapat diperoleh baik dalam bentuk gula pasir, gula jawa atau gula kelapa.  Sedangkan zat pemanis sintetik yang sering digunakan yaitu: Garam Na dan Ca siklamat (kemanisannya 30 kali lebih besar dari gula), Ca dan Na Sakarin (Kemanisannya 400 kali lebih besar dari kemanisan larutan gula 10%), kalium-asesulfam (aman dikonsumsi merupakan serbuk kristal dengan kemanisan 200 kali lebih besar dari gula),  aspartam, dihidrokalkon, dan flavonoid neohesperidin. 
Zat kimia yang digunakan sebagai pengawet dapat berupa zat organik dan anorganik.  Zat organik lebih sering digunakan untuk pengawet karena mudah dibuat. Zat organik yang biasanya digunakan adalah asam sorbat, asam propionat, asam benzoat, asam asetat dan epoksida.  Asam benzoat atau garam natriumnya sering digunakan untuk bahan makanan dengan kondisi asam, seperti minuman buah, sari apel, minuman berkarbonat, acar, dan sambal tomat. Bahan ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan bakteri.  Benzoat efektif pada pH 2,5 - 4,0.   Asam benzoat secara alami terdapat dalam rempah-rempah dan kayu manis.  Cuka atau larutan 4% asam asetat biasa digunakan untuk mencegah pertumbuhan kapang dalam roti.
Zat pengawet anorganik yang digunakan adalah sulfit, nitrat dan nitrit. Garam nitrit dan nitrat (NaNO3 atau NaNO2, dengan nama dagang sendawa Chili) biasanya digunakan untuk memperoleh warna daging yang baik dan menghambat pembentukan toksin oleh Clostridium botulinum.  Namun demikian, penggunaan natrium nitrit sebagai pengawet dapat membahayakan, bila terjadi ikatan antara nitrit dengan amino atau amida yang dapat membentuk turunan nitrosamida (senyawa karsinogen nitrosamina) yang bersifat toksik (racun) dan dapat menimbulkan kanker pada hewan.  Oleh karena itu penggunaan nitrit hendaknya dibatasi. Zat pengawet yang paling aman digunakan adalah pengawet alamiah seperti gula, garam dapur, dan asam jawa. 
Secara garis besar zat pengawet dibedakan menjadi tiga jenis, sebagai berikut:
(1)               GRAS (Generally Recognized as Safe) yang umumnya bersifat alami, sehingga aman dan tidak berefek racun sama sekali.
(2)               ADI (Acceptable Daily Intake), yang selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily intake) guna melindungi kesehatan konsumen.
(3)               Zat pengawet yang memang tidak layak dikonsumsi, karena berbahaya seperti boraks dan formalin.
Akhir-akhir ini beredar informasi di masyarakat dimana terjadi penyalahgunaan penggunaan zat aditif  terutama zat pengawet pada produk pangan yang sesungguhnya tidak sesuai dengan penggunaannya dan zat aditif tersebut dapat memicu terjadinya penyakit kanker.  Sebagai contoh yaitu penggunaan boraks dan formalin dalam makanan sehari-hari seperti baso, mie basah, ikan asin dan tahu. 

1.3       Pembatasan Masalah

Berdasarkan ruang lingkup di atas, maka penulis membatasi masalah penelitian sebagai berikut ini.
1.3.1        Pengertian formalin
1.3.2        Pengertian boraks
1.3.3        Dampak negatif terhadap kesehatan siswa yang diakibatkan penggunaan formalin pada jajanan siswa
1.3.4        Dampak negatif terhadap kesehatan siswa yang diakibatkan penggunaan boraks pada jajanan siswa
1.3.5        Faktor penyebab penggunaan formalin pada jajanan siswa
1.3.6        Faktor penyebab penggunaan boraks pada jajanan siswa
1.3.7        Pengujian sederhana pada beberapa sampel jajanan di SMP Negeri 20 Malang beserta pembahasanya
1.3.8        Solusi yang dilakukan untuk mencegah penggunaan formalin pada jajanan siswa
1.3.9        Solusi yang dilakukan untuk mencegah penggunaan borak pada jajanan siswa
1.3.10      Pembahasan hasil angket tentang “Kandungan Formalin dan                                   Boraks pada Jajanan Siswa serta Pengaruhnya bagi Kesehatan   Siswa SMP Negeri 20 Malang”

1.4       Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis menentukan rumusan masalah sebagai berikut ini.
1.4.1        Apakah pengertian dari formalin?
            1.4.2         Apakah pengertian dari boraks?
1.4.3        Bagaimana dampak negatif terhadap kesehatan siswa yang
    diakibatkan penggunaan formalin pada jajanan siswa?
1.4.4        Bagaimana dampak negatif terhadap kesehatan siswa yang diakibatkan penggunaan boraks pada jajanan siswa?
1.4.5        Apakah faktor penyebab penggunaan formalin pada jajanan siswa?
1.4.6        Apakah faktor penyebab penggunaan boraks pada jajanan siswa?
1.4.7         Bagaimana prosedur pengujian sederhana pada beberapa sampel
jajanan di kantin SMP Negeri 20 Malang beserta pembahasanya?
1.4.8         Apakah solusi yang dilakukan untuk mencegah penggunaan
                            formalin pada jajanan siswa?
1.4.9        Apakah solusi yang dilakukan untuk mencegah penggunaan borak pada jajanan siswa?
1.4.10      Bagaimana pembahasan hasil angket tentang “Kandungan                  Formalin dan Boraks pada Jajanan Siswa serta Pengaruhnya bagi Kesehatan Siswa SMP Negeri 20 Malang”?

1.5       Tujuan Penelitian

Tujuan dalam  penelitian ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.

1.5.1    Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang kandungan formalin dan boraks dalam jajanan siswa serta pengaruhnya bagi kesehatan siswa SMP Negeri 20 Malang.

1.5.2    Tujuan Khusus

Berdasarkan tujuan umum di atas, maka tujuan khusus penelitian, antara lain sebagai berikut.
1.5.1        Mendeskripsikan pengertian formalin
            1.5.2         Mendeskripsikan pengertian boraks
1.5.3        Mendeskripsikan Dampak negatif terhadap kesehatan siswa yang diakibatkan penggunaan formalin pada jajanan siswa
1.5.4        Mendeskripsikan Dampak negatif terhadap kesehatan siswa yang diakibatkan penggunaan boraks pada jajanan siswa
1.4.5        Mendeskripsikan Faktor penyebab penggunaan formalin pada jajanan siswa
1.4.6        Mendeskripsikan Faktor penyebab penggunaan boraks pada jajanan siswa
1.4.7        Mendeskripsikan Pengujian sederhana pada beberapa sampel jajanan di SMP Negeri 20 Malang
1.4.8        Mendeskripsikan Solusi yang dilakukan untuk mencegah penggunaan formalin pada jajanan siswa
1.4.9         Mendeskripsikan Solusi yang dilakukan untuk mencegah penggunaan borak pada jajanan siswa
1.4.10       Mendeskripsikan Pembahasan hasil angket tentang “Kandungan Formalin dan Boraks pada Jajanan Siswa serta Pengaruhnya bagi Kesehatan Siswa SMP Negeri 20 Malang”.

1.6       Manfaat Penelitian

1.6.1    Bagi  Sekolah

1.6.1.1      Sebagai referensi indikasi formalin dan boraks dalam    jajanan di sekitar SMP Negeri 20 Malang
1.6.1.2      Sebagai bukti konkrit apabila terdapat formalin dan boraks dalam jajanan di SMP Negeri 20 Malang
1.6.1.3      Sebagai acuan sekolah dalam memberi himbauan mengenai pelarangan untuk membeli jajanan jenis tertentu.

1.6.2    Bagi Siswa

1.6.2.1      Sebagai petunjuk untuk memilih jajanan yang lebih sehat dan bermanfaat.
1.6.2.2      Sebagai bacaan yang dapat memberi sedikit pengetahuan tentang formalin dan boraks.
1.6.2.3      Sebagai referensi siswa pada penggunaan formalin dan boraks dalam kehidupan nyata.

1.6.3    Bagi Peneliti

1.6.3.1      Menambah pengetahuan penulis mengenai bahaya formalin dan boraks
1.6.3.2      Dapat menjadi referensi untuk lebih selektif dalam memilih jajanan
1.6.3.3      Mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

1.7       Anggapan Dasar dan Hipotesis

1.7.1    Anggapan Dasar

Formalin dan  boraks sejatinya digunakan sebagai pengawet mayat, perekat kayu, disinfektan. Formalin dan boraks dilarang dicampurka dalam makanan dalam kadar berapapun sesuai dengan peraturan menkes RI no.722/Menkes/Per/9/1998 tanggal 22 September 1998 tentang bahan makanan tambahan. Hal ini disebabkan formalin dan boraks memiliki dampak bagi keehatan. Baik dalam jangka pendenk maupun jangka panjang. Salah satu dampak jangka panjang dari penggunaaan formalin dan boraks dalam makanan adalah dapat menyebabkan kanker karena formalin dan boraks besifa kasinogenik.
Fomalin dan boraks dapat dengan mudah didapatkan dipasaran tanpa perlu menggunakan surat ijin. Formalin dan boraks dapat didapatkan dengan harga yang relatif murah apabila dibandingkan dengan harga natrium benzoat terjadi selisih harga yang cukup tinggi
Pada aplikasinya bleng dipakai dalam pembuatan krupuk nasi secara turun temurun. Bleng yang digunakan dalam pembuatan krupuk nasi biasa didapat dari ladang garam/kawah lumpur. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena bahaya bleng setara dengan bahaya boraks.
Formalin biasanya disalahgunakan untuk mengawetkan makanan. Sedangkan boraks biasa disalahgunakan sebagai  pengenyal, pengeras, serta digunakan untuk memperbaiki tekstur.

1.7.2    Hipotesis

Pada penelitian ini penulis beranggapan bahwa jajanan di SMP Negeri 20 Malang belum sepenuhnya bebas dari formalin dan boraks. Sehingga menyebabkan penulis tertarik untuk menyelidiki Kandungan formalin dan boraks pada jajanan siswa SMP Negeri 20 Malang serta dampaknya bagi kesehatan
           

1.8       Sumber Data dan Metode

Dalam penulisan karya tulis ini. Penulis juga mengumpulkan data-data dengan sumber data dan metode sebagai berikut ini:

1.8.1    Sumber Data

1.8.1.1 Buku

Penulis menggunakan dan mengambil sumber data dari beberapa buku untuk kelengkapan informasi yang dibutuhkan, antara lain :
(1)               Sartono, Drs. 2002. Racun dan Keracunan. Jakarta. Widya Medika
(2)               Firman Harry, Liliasary.1997 KIMIA 1. Jakarta. PT Balai Pustaka

1.8.1.2 Internet

Penulis juga mengambil informasi dari media lain selain buku, salah satunya adalah internet. Situs yang penulis kunjungi sebagai berikut :
(1)                id.m.wikipedia.org/wiki/bleng 
Diakses pada 21 Desember 2014 pukul 06.00
Diakses pada 25 Desember 2014 pukul 08.09
(3)                http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_borat
Diakses pada 28 Desember 2014 pukul 06.28
Diakses pada 28 Desember 2014 pukul 06.33
Diakses pada 26 Desember 2014 pukul 06.43
(6)                http://id.wikipedia.org/wiki/Formaldehida
Diakses pada 24 Desember 2014 pukul 19.30
(7)               http://www.pustakasekolah.com/formalin.html
Diakses pada 24 Desember 2014 pukul 19.34
Diakses pada 21 Desember 2014 pukul 05.30
Diakses pada 25 Desember 2014 pukul 08.15
(10)           Sherchemistry.wordpress.com/kimia-xii-€€2/senyawa-karbon/aldehid/
Diakses pada 8 Januari 2015 pukul 18.29
(11)           www.ilmukimia.org/2012/11/elektrofil-nukleofil-dan-radikal-bebas.html
Diakses pada 8 Januari 2015 pukul 18.36
(12)            Id.m.wikipedia.org/wiki/Subtitusi_aromatik_elektrofilik
Diakses pada 8 Januari 2015 pukul 18.39
(13)           Rahmadinechm_blogspot.in/2013/11/normal-0-normal-false-false-en-us-x-none.html?m=1
Diakses pada 8 Januari 2015 pukul 18.46
(14)            Id.m.wikipedia.org/wiki/Katalis
Diakses pada 8 Januari 2015 pukul 19.08
(15)            Id.m.wikipedia.org/wiki/redoks
Diakses pada 8 Januari 2015 pukul 19.13
(16)           Id.m.wikipedia.org/wiki/Alkena
Diakses pada 9 Januari 2015 pukul 18.25
(17)           Id.m.wikipedia.org/wiki/Reaksi_Cannizzaro
Diakses pada 9 Januari 2015 pukul 18.29
(18)           Id.m.wikipedia.org/wiki/Asam_Format
Diakses pada 9 Januari 2015 pukul 19.01
(19)           Id.m.wikipedia.org/wiki/dehidrogenasi
Diakses pada 9 Januari 2015 pukul 19.41
(20)           Perpustakaancyber.blogspot.in/2013.10.pengertian-polimer-bentuk-contoh-struktur.html?m=1
Diakses pada 9 Januari 2015 pukul 19.43
(21)           Malso.tripod.com/garam_mineral.htm
Diakses pada 9 Januari 2015 pukul 20.04

1.8.2    Metode

Untuk mendapatkan data dalam penulisan karya tulis ini, maka penulis menggunakan beberapa metode, antara lain:

1.8.2.1 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif ini dilaksanakan dengan menggunakan beberapa sampel jajanan yang berasal dari dalam kantin SMP Negeri 20 Malang, maupun dari pedagang di luar SMP Negeri 20 Malang. Analisis ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 12 Desember 2014 bertempat di Laboratorium Biologi SMP Negeri 20 Malang.

1.8.2.2 Wawancara

Penulis juga melakukan wawancara kepada guru SMP Negeri 20 Malang, beserta siswa kelas 9 pada hari Rabu tanggal 17 Desember 2014       
Untuk wawancara peneliti akan mewawancarai :
(1)                Ibu Liesdyah Iramita S.Pd
Selaku guru mata pelajaran ilmu pengetahuan alam,
Diwawancarai pada hari Senin 5 Januari 2015
(2)               Saskya Dian Safira.
Selaku perwakilan siswa, dari kelas 9B
Diwawancarai pada hari Senin 5 Januari 2015

1.8.2.3 Angket

Penulis juga menyebarkan angket tentang “Kandungan Formalin dan Boraks dalam Jajanan Serta Pengaruhnya bagi Siswa SMP Negeri 20 Malang” Kepada 100 responden yang berasal dari kelas 7, 8, dan 9 SMP Negeri 20 Malang, pada hari Senin dan Selasa tanggal 15 dan 16 Desember 2014.

1.8.2.4 Observasi

Penulis melakukan observasi terhadap jajanan di dalam kantin SMP Negeri 20 Malang, maupun disekitar SMP Negeri 20 Malang. Penulis juga mengobservasi siswa SMP Negeri 20 Malang terkait dengan pengaruh penggunaan boraks dan formalin dalam jajanan. Pada hari Kamis tanggal 18 Desember 2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About